Pacu Jalur merupakan festival tahunan terbesar untuk masyarakat daerah kabupaten Kuantan Singingi khususnya pada ibu kota kabupatennya yaitu Taluk Kuantan yang berada di sepanjang sungai Kuantan. Pada awalnya di maksudkan sebagai acara memperingati hari-hari besar umat Islam seperti Maulid Nabi, ataupun peringatan tahun baru Hijriah. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, festival pacu jalur ini ditujukan untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Indonesia. Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung perahu panjang, semacam perlombaan Perahu Naga di negeri tetangga Malaysia dan Singapura, yaitu sebuah perahu atau sampan yang terbuat dari kayu pohon yang panjangnya bisa mencapai 25 hingga 40 meter. Di daerah Taluk Kuantan sebutan untuk perahu panjang tersebut adalah Jalur. Adapun tim pendayung perahu (jalur) ini berkisar antara 50 - 60 orang.
Sebelum acara puncak "Pacu Jalur' ini dimulai, biasanya di adakan acara-acara hiburan rakyat berupa tarian dan nyanyian untuk menghibur seluruh peserta dan masyarakat sekitar, terutama yang berada di Teluk Kuantan. Pada acara Festival Pacu Jalur tahun 2009 yang lalu, mulai di perkenalkan oleh Pemerintah Daerah setempat istilah "Jalur" Expo 2009, yaitu sebuah acara Pekan Raya berkaitan dengan Festival Pacu Jalur tersebut.
Tradisi pacu jalur yang diadakan sekali setahun pada peringatan perayaan hari kemerdekaan Indonesia menjadikan kota Taluk Kuantan sebagai tujuan wisata nasional. Perlombaan perahu panjang yang berisi lebih kurang 60 orang di Sungai Kuantan ini biasanya diikuti masyarakat setempat, kabupaten tetangga, bahkan juga ikut pula peserta-peserta dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Minggu, 03 Agustus 2014
Pacu Jalur
SEJARAH PERKEMBNGAN KOTA DAN PERENCANAAN KOTA
Pemahaman
terhadap perkembangan kota dapat dilakukan dengan menggunakan prespektif
sejarah karena sejak ribuan tahun fenomena kota sudah dikenal di berbagai
bangsa, walaupun mempunyai arti yang berbeda-beda. Pemukiman yang menjadi
cikal-bakal kota sejak ribuan tahun yang lalu bertujuan untuk memberikan
perlindungan yang lebih kuat kepada penduduk dari berbagai kelompok masyarakat.
Perkembangan kota dan perencanaan kota dapat diamati seiring dengan ovolusi peradaban
“ Mesir kuno(kota Babilonia), Peradaban Yunani (Kota Athena), Peradaban Yunani ( Kota Militer), Abad Pertengahan (Renaisance), Revolusi industry dan gerakan revormasi (Abad 20) “
Perkembangan kota dan perencanaan kota dapat diamati seiring dengan ovolusi peradaban
“ Mesir kuno(kota Babilonia), Peradaban Yunani (Kota Athena), Peradaban Yunani ( Kota Militer), Abad Pertengahan (Renaisance), Revolusi industry dan gerakan revormasi (Abad 20) “
Kota Zaman kuno
- Mesir, kota-kota di aegea.
- Beijing dan lukang
- Kota Klasik, kota neo-klasik
- Kota modern/pasca Revolusi Industri
- Mesir, kota-kota di aegea.
- Beijing dan lukang
- Kota Klasik, kota neo-klasik
- Kota modern/pasca Revolusi Industri
Apabila
di tinjau secara dikotomis, perkembangan kota berdasarkan prespektif historis
dapat di bedakan antara Kota Tradisional dan Kota modern.
A. Kota Tradisional .
Mempunyai pola-pola demografis dan ekologis yang dilintasi budaya tradisional setempat sehingga susunan kota-kota tradisional di pengaruhi oleh ctor-faktor yang membatasi pola susunannya. Yaitu keamanan dan persatuan, keterbatasan bahan dan teknologi, keterbatasan mobilitas, struktur social yang kaku, serta perkembangan yang agak lambat.
Mempunyai pola-pola demografis dan ekologis yang dilintasi budaya tradisional setempat sehingga susunan kota-kota tradisional di pengaruhi oleh ctor-faktor yang membatasi pola susunannya. Yaitu keamanan dan persatuan, keterbatasan bahan dan teknologi, keterbatasan mobilitas, struktur social yang kaku, serta perkembangan yang agak lambat.
B. Kota Modern.
Susunan kota yang di pengaruhi oleh ctor-faktor yang tidak
di pengaruhi oleh batasan tertentu baik dalam komunikasi dan pengaruh pada
masyarakat secara individual.
· Sejarah Perkembangan Kota Dan Perencanaan Kota Di Indonesia.
·
Periode I ( abad ke-III-IX)
·
Periode II ( abad IX-XV)
·
Periode III (abad XV-XVIII)
·
Periode IV (abad XIX-XX)
Pada periode III, setelah kerajaan majapahit mulai runtuh
dan jawa mulai tumbuh kota-kota gersik, Tuban, Banten, Batavi, Aceh di Sumatra,
makasar di Sulawesi, sejalan dengan masuknya islam.
Pada periode IV (abad XIX-XX), kota-kota di asia tenggara
makin tumbuh dan berkembang terutama sesudah adanya perjanjian wina dan
dibukanya terusan suez. Dalam prespektif lain, periodisasi perkembangan kota di
Indonesia dapat di bagi, Kota masa pra-kolonial dan masa colonial, Perkembangan
kota-kota di Indonesia dimasa lalu tak dapat dilepas dari penyebaran agama
islam. Dalam hal ini ada keterkaitan antara kedatangan islam dan pertumbuhan
kota-kota pesisir. Melalui proses Islamisasi terbentuklah kota-kota bercorak
islam di Sumatra,jawa, Maluku, Kalimantan dan Sulawesi, dan dapat di simpulkan
bahwa tempat-tempat yang di datangi orang-orang muslim .
Perkembangan kota di Indonesia dibagi dalam lima periode.
- Masa kota-kota VOC
Perkembangan kota di Indonesia dibagi dalam lima periode.
- Masa kota-kota VOC
·
Masa awal urbanisai.
·
Masa perbaikan lingungan.
·
Masa revolusi.
·
Masa pembangunan berencana
(1960-1970, 1970-1985, 1985-sekarang)
· Sejarah Perkembangan Kota-Kota Terencana vs Kota Organik.
Banyak kota di barat yang di rancang
dalam tradisi yang menyusun kota secara teknis, Kota-kota di bangun secara
terencana (planned city) yang lengkap secara geometris. Struktur kota demikian
sangat dipengaruhi oleh suatu tujuan dan rencana tertentu hingga proses yang
terjadi pada pembangunan kota ini tidak penting karena sebelumnya sudah di atur
dan terencanakan. Sebaliknya sebelum jaman modrn, kebanyakan kota-kota di luar
dunia barat di bentuk oleh tradisi yang disusun secara ctora.
Kota-kota yang dibagun demikian
dapat dikatakan kota tumbuh (growth city), dan kota tersebut dibangun dalam
suatu kawasan tanpa memperhatikan perancangan secara keseluruhan.
·
Tipologi kota yang terdapat di
Indonesia.
1. Kota Tradisional,
Kota
yang terbentuk dan dibangun oleh penguasa saat mendirikan pusat-pusat kerajaan
( kota Jogjakarta dan Surakarta)
2. Kota dagang pra-kolonial .
Kota
tradisional yang mengalami modivikasi, mesipun dominasi tradisionalnya masih
sangat kuat . ( ctoral, banten, ctora).
3. Kota ctoral Modern.
Kota
yang mengacu prinsip konsep kota modrn dan produk industry dari Negara-negara
maju.
Sebagian besar kota di indonesiapada
dasarnya berasal dari perkembangan kota-kota tradisional. Konsep kota ini
tradisional di Indonesia merupakan konsep yang berasal dari peradaban agraris
yang bersifat tertutup .
·
Kehancuran Kota Tanpa Identitas.
Terdapat beberapa masalah yang di hadapi dalam
implementasikan rencana tersebut, akan tetapi yang sangat menonjol adalah
lemahnya penegakan ukum ( law enforcement ) dan kurangnya pelibatan masyarakat.
Kenyataan menunjukan bahwa antara rencana yang di susun dengan realitas
kehidupan di dunia nyata terdapat kesenjangan yang lebar. Pendekatan
perencanaan dan rancangan ruang perkotaan di Indonesia selama ini sering kali
menggunakan pola top-dwon dan kurang melibatkan unsur-unsur masyarakat pelaku
ruang perkotaan . Perencanaan dan perancangan ruang perkotaan tidak semata-mata
didasarkan kepada pendekatan yang obyektif-positivitis tanpa pertimbangan
kenyataan subjektif-fenomenologis yang dirasakan oleh pelaku ruang sebagai
penggunanya.
Disisi lain, kehancuran kota-kota di amerika saat itu salah
satunya disebabkan system perencanaan kota yang berbasis pada efiseiensi.
Perubahan yang cepat dengan tidak adanya penyeimbang fasilitas kota menimbulkan
daerah kumuh yang sampai sekarang masih jadi masalah utama di berbagai kota di
dunia . Sebelum merdeka pada tahun 1781, arsitektur amerika merupakan
arsitektur colonial eropa yang telah disesuaikan dengan iklim dan tenaga kerja
dan hasi bagunan setempat. Form Follow Function adalah gaya yang dianut dimana
bentuk bangunan menikuti fungsinya
Contoh-contoh diatas memberikan penegasan bahwa sebuah kota
yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengesampingkan peran warga
lokal sebagai aktor utama, maka lambat
laun kota tersebut akan kehilangan citra dan identitasnya bahkan lebih jauh
lagi mengakibatkan kematian dan kehancuran.
PERKEMBANGAN
KOTA
DALAM KONSTELASI REGIONAL
DALAM KONSTELASI REGIONAL
·
Faktor Perkembangan Kota dalam
Lingkup Wilayah.
Ada dua teori yang dikemukakan untuk menunjukan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
perkembangan dan pertumbuhan kota-kota dalam wilayah yang lebih luas.
1. Teori Basis ( Economi Base Theory)
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory )
1. Teori Basis ( Economi Base Theory)
2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory )
Menurut Teori Basis ( Economi Base Theory) dasar pendukung
utama suatu kota berasal dari penjualan barang/jasa yang berada diluar
komunitas, yang di sebut ekspor, yang membantu perluasan ekonomi lokal dengan
menyediakan uang yang mendukung aktifias pelayanan. Barang yang di irim keluar
di sebut basis dan pekerja yang berhubungan dengan penjualan lokal didalam
komunitas disebut nonbasis, Dalam Teori Basis ( Economi Base Theory) ada dua
konsep penting yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kota , Economi Of
Scale dan Urbanization Economies .
Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) menjelaskan perkembangan ekonomi kota dalam suatu wilayah yang luas, dimana terjadi sumber daya yang menyebar dan penyerapan sumber daya yang timpang. Teori ini juga di topang oleh alat-alat ukur ekonomi sehingga dapat menjelaskanimplikasinya pada perencacaan dan dinamis.
Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) menjelaskan perkembangan ekonomi kota dalam suatu wilayah yang luas, dimana terjadi sumber daya yang menyebar dan penyerapan sumber daya yang timpang. Teori ini juga di topang oleh alat-alat ukur ekonomi sehingga dapat menjelaskanimplikasinya pada perencacaan dan dinamis.
Berdasarkan teori ini tidak semua kota generatif dapat
dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan, karena pusat pertumbuhan harus
memiliki 4 ciri.
- Adanya hubungan interen antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi.
- Adanya Multiplier effect
- Adanya konsentrasi geografis
- Bersifat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
- Adanya hubungan interen antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi.
- Adanya Multiplier effect
- Adanya konsentrasi geografis
- Bersifat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
· Peranan dan Fungsi kota Dalam Lingkup Wilayah .
Peran penting yang di emban oleh interaksi atau keterkaitan antara kota.
1. Mewujudkan integrasi spasial, karena manusia dan kegiatanya terpisah-pisah dalam ruang.
Peran penting yang di emban oleh interaksi atau keterkaitan antara kota.
1. Mewujudkan integrasi spasial, karena manusia dan kegiatanya terpisah-pisah dalam ruang.
2.
Memungkinkan adanya diferensiasi dan spesialilasi dalam system perkotaan.
3.
Sebagai wahana untuk pengorganisasian kegiatan dalam ruang.
4. Mengfalitasi serta menyalurkan perubahan-perubahan dari satu simpul ke simpul lainya .
4. Mengfalitasi serta menyalurkan perubahan-perubahan dari satu simpul ke simpul lainya .
Kota pada dasarnya
merupakan pusat kegiatan dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Peranan kota
sebagai pusat kegiatan dalam suatu wilayah – nasional maupun lokal telah banyak
di tunjukan dalam berbagai literatur Barat yang menyimpulkan bahwa kota
berperan sebagai pusat industry manufactur atau sebagai pusat kegiatan
pelayanan.
Di Indonesia, National urban development Strategy (NUDS,1985) telah mengidentifikasi empat fungsi dasar kota/perkotaan . Berdasarkan fungsinya dalam system kota-kota / system pusat permukiman nasional seperti diarahkan dalam rencana tata ruang Wilayah nasiolal (RTRWN. 1997), Kota-kota Indonesia terdiri dari pusat kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Di Indonesia, National urban development Strategy (NUDS,1985) telah mengidentifikasi empat fungsi dasar kota/perkotaan . Berdasarkan fungsinya dalam system kota-kota / system pusat permukiman nasional seperti diarahkan dalam rencana tata ruang Wilayah nasiolal (RTRWN. 1997), Kota-kota Indonesia terdiri dari pusat kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Secara Ekonomi
perkembangan sistem kota-kota global dipengaruhi oleh kapitalisme global, yang
mempunyai ciri dalam komoditas aktivitas, struktur pasar dan organisasinya.
Pertumbuhan kota yang semakin besar memunculkan desa-kota yang akhirnya
terwujud wilayah kota mega, yang mempunyai struktur terdiri atas kota besar,
wilayah pinggiran, desa – kota, desa berkepadatan penduduk tinggi, desa
berkepadatan penduduk rendah dan kota kecil.
Langganan:
Postingan (Atom)