BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masyarakat Indonesia dalam
kenyataanya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan
teknologinya, keadaan alam masih masih lebih menentukan untuk sebagian besar
masyarakat Indonesia daripada upaya teknologi. Perkembangan teknologi yang
mengelola sumberdaya alam harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat, dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan
kelestariannya, sehingga akan tetap bermanfaat bagi generasi mendatang.
Pemanfaatan tanah agar
sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial. Untuk itu sangatlah penting melakukan inventarisasi
dan evaluasi tentang sumberdaya alam yang ada tujuan untuk lebih mengetahui dan
dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam baik di darat, laut maupun udara
berupa tanah, air , energi, flora, fauna dan lain-lain yang sangat diperlukan
bagi pembangunan
Sumberdaya alam adalah sesuatu yang
berguna (usefull), bernilai (value) dan telah diketemukan(discovered).
Sesuatu yang sangat berguna tetapi tidak bernilai tidak masuk klasifikasi
memperdaya alam. Demikian juga apabila keberadaan barang tersebut sangat
berlimpah sehingga melebihi permintaannya, maka tidak dapat disebut sumberdaya
alam sebagai contoh misalnya udara atau air laut bagi orang yang berada di
pantai. Keberadaan sumberdaya alam masih dipengaruhi oleh teknologi, waktu dan
tempat (Mugi Rahardjo : 2003: 2).
Sumberdaya alam dan lingkungan
seperti udara, air, hutan, tanah dan sebagainya yang dikenal sebagai sumberdaya
alam dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung maupun tidak
langsung mendapatkan manfaat ekonomi. Oleh karena itu pengelolaanya harus
memperhatikan keseimbangan lingkungan. Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya
alam yang penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya tanah
merupakan masukan yang diperlukan untuk setiap aktifitas manusia seperti
pertanian, industri, pemukiman dan jalan-jalan. Penggunaan tanah yang luas
adalah untuk sector pertanian yang meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman
pangan, pertanian yang keras, untuk kehutanan maupun untuk ladang pengembalaan
dan perikanan. Tetapi untuk daerah kota khususnya, penggunaan tanah yang utama
adalah untuk pemukiman dan industri dan perdagangan. Penggunaan tanah untuk
rekreasi juga menempati urutan yang tinggi karena meliputi pantai, pagunungan
dan danau.
Disisi lain permintaan akan
sumberdaya alam khususnya tanah meningkat dengan pesat hal ini seiring dengan
dengan jumlah penduduk yang pesat dan pertumbuhan yang tinggi. Penggunaan tanah
yang lebih intensif ini lebih disebabkan oleh tekanan penduduk daripada oleh
peningkatan infrasruktur, seperti fasilitas pengairan yang membaik.
Penduduk Indonesia sebagian besar
masih merupakan petani, buruh tani dan orang yang sebagain besaran
pendapatannya berasal dari bercocok tanam, karena itu kebutuhan akan tanah
lebih besar.
Di samping masalah penduduk atas lahan
yang makin tinggi perlu diperhaitikan juga masalah daya dukung lahan pertanian
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan masalah penyediaan, atau swasembada pangan
khususnya beras.
Untuk mengangkat permaslahan ini
maka penulis menuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul “Analisis Daya
Dukung Lahan Pertanian Pada Kecamatan Baros Kabupaten Serang Tahun 2009”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan daya dukung lahan
pertanian Kecamatan Baros Kabupaten Serang tahun 2009 ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui daya dukung lahan
pertanian pada masing-masing desa di Kecamatan Baros Kabupaten Serang tahun
2009
BAB II
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kecamatan Baros
Baros
adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serang, Propinsi Banten, Indonesia dengan
Ibu Kota Kecamatan yaitu Desa Baros. Menurut BPS Kabupaten Serang (Kecamatan
Baros Dalam Angka 2010) jumlah penduduk di Kecamatan Baros, yaitu 48.996 jiwa
dengan penduduk laki-laki 26.124 jiwa dan penduduk perempuan 22.872 jiwa. 3653
Jiwa masyarakat Kecamatan Baros berprofesi sebagai Petani. Wilayah Kecamatan
Baros sebagian besar adalah dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang dari
500 mdpl dan beriklim tropis. Luas daerah Baros 35,47 Km dengan pembagian
daerah secara administratif terdiri dari 14 Desa.
1.
Desa Sukacai
2.
Desa Sukamenak
3.
Desa Tejamari
4.
Desa Panyirapan
5.
Desa Tamansari
6.
Desa Sindangmandi
7.
Desa Curug Agung
|
8.
Desa Sukamanah
9.
Desa Sinarmukti
10.
Desa Sidamukti
11.
Desa Padasuka
12.
Desa Baros
13.
Desa Cisalam
14.
Desa Suka Indah
|
Kecamatan
Baros dengan ibu kota kabupaten Serang (Kec. Ciruas) ialah 22 Km. Adapun
batas wilayah kecamatan Baros, Yaitu :
Utara
: Kecamatan Curug Kota Serang
Selatan:
Kecamatan Cadasari Kab. Pandeglang
Barat
: Kecamatan Pabuaran Kab. Serang
Timur
: Kecamatan Petir Kab. Serang
Data
Demografi Kecamatan Baros Tahun 2009
No.
|
Desa
|
Jumlah RW
|
Jumlah RT
|
Jumlah KK
|
Penduduk
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
1
|
Sukacai
|
5
|
12
|
630
|
2.882
|
2
|
Sukamenak
|
5
|
15
|
799
|
3.241
|
3
|
Tejamari
|
6
|
16
|
837
|
3.235
|
4
|
Panyirapan
|
6
|
22
|
1287
|
4.385
|
5
|
Tamansari
|
6
|
13
|
684
|
2.779
|
6
|
Sindangmandi
|
5
|
25
|
1192
|
4.778
|
7
|
Curug Agung
|
4
|
10
|
633
|
2.641
|
8
|
Sukamanah
|
5
|
18
|
1242
|
5.209
|
9
|
Padasuka
|
5
|
11
|
626
|
2.568
|
10
|
Sinarmukti
|
4
|
9
|
602
|
2.036
|
11
|
Sidamukti
|
5
|
12
|
1156
|
4.015
|
12
|
Baros
|
6
|
20
|
1253
|
5.016
|
13
|
Cisalam
|
5
|
18
|
790
|
3.179
|
14
|
Suka Indah
|
6
|
12
|
662
|
3.032
|
Kec.Baros
|
73
|
213
|
12.375
|
48.996
|
Luas
Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Kecamatan Baros Tahun 2009
Jenis Lahan
|
Luas Lahan (Ha)
|
Prosentase (%)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
1. Lahan
Sawah
a.
Irigasi Teknis
b.
Irigasi Setengah Teknis
c.
Irigasi Non Teknis
d.
Tadah Hujan
e.
Padang surut, Polder, Rembesan dan
rawa
|
1.800
1.286
347
167
-
-
|
34,3
9,3
4,5
|
2. Lahan
Bukan Sawah
a. Ladang, Huma, Tegal dan Kebun
b. Perkebunan
|
1.565
1565
-
|
41,8
|
3. Lahan
Non Pertanian
a. Pekarangan, Lahan bangunan dan
Halaman
b. Lainnya
c. Lahan Tidur
|
383
246
137
-
|
6,6
3,7
|
Baros
|
3.748
|
100,0
|
B. Analisis Daya Dukung Lahan
Kajian Pemetaan Lapangan Memberikan informasi spasial berupa peta, serta dapat
mengidentifikasi kesesuain daya dukung pertanian dan kearifan lokal berupa
kondisi sosial disuatu tempat/wilayah. Pada kegitan ini peneliti akan
melakukan analisa daya dukung lahan pertanian atau CCR (Carrying Capacity
Ratio)
Analisa Daya Dukung Lahan/CCR merupakan salah satu alat perencanaan pembangunan
yang memberikan gambaran mengenahi hubungan antara penduduk, pennggunaan lahan,
dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan
oleh para perencana dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung
segala aktivitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan, dengan demikian
seorang perencana pembangunan tidak hanya sekedar mengetahui tingkat dukungan
dari lahan semata, tapi sekaligus juga bisa mengetahui dampak atau pengaruh
yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan suatu lahan. Keseimbangan antara daya
dukung suatu wilayah dengan keberadaan penduduk juga dapat diperhitungkan
sehingga dapat diperkirakan daya serap potensi lahan dengan ratio penduduk yang
ada.
Infomasi yang dapat diperoleh dari hasil analisa daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemapuan daya dukung yang dimiliki wilayah tersebut, oleh karenanya CCR/ daya dukung lahan bermanfaat untuk :
Infomasi yang dapat diperoleh dari hasil analisa daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemapuan daya dukung yang dimiliki wilayah tersebut, oleh karenanya CCR/ daya dukung lahan bermanfaat untuk :
1.
Untuk mengetahui suatu
wilayah pertanian masih mampu mendukung kebutuhan pokok penduduk dengan melihat
pertumbuhan penduduk.
2.
Untuk memberikan
informasi kepada para perencana atau pihak lain dalam rangka mengembangkan
potensi penduduk.
3.
Dapat digunakan sebagai
bahan untuk mensosialisasikan dan mengembnagkan tingkat kesadaran berbagai
pihak mengenahi pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui sistem
pemanfaatan lahn sesuai dengan peruntukannya.
Langkah-langkah
Pembuatan CCR :
1. Identifikasi luas areal
yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian.
Identifikasi frekunsi panen perhektar pertahun.
Identifikasi frekunsi panen perhektar pertahun.
2. Tentukan jumlah keluarga
dalam areal tersebut.
3. Tentukan ukuran lahan rata-rata
yang dimiliki oleh petani.
4. Hitunglah kemampuan daya
dukung dengan rumus CCR.
RUMUS CCR :
A x r
CCR =
Atau
(A
×r)/(H ×h ×F)
H x h x F
Keterangan :
CCR : kemampuan daya
dukung.
A : jumlah total area
yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian.
r : frekunsi panen
perhektar pertahun.
H : jumlah KK (rumah
tangga).
h : presentase penduduk
yang tinggal.
F : ukuran lahan
rata-rata.
Ø Apabila CCR >1 berarti wilayah masih dapat
memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih mampu
menerima tambahan penduduk. Pembangunan masih dimungkinkan bersifat ekspansif
dan eksploratif lahan.
Ø Apabila CCR <1 diwilayah tersebut tidak
mungkin lagi dilakukan pembangunan ekspansif dan eksploitatif lahan. Kemampuan
memenuhi kebutuhan pokok penduduk berkurang sehingga perlu peningkatan
produksi, intesifikasi, dan ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau
menekan pertambahan penduduk.
Ø Apabila CCR =1 maka wilayah tersebut masih
memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah penduduk. Pemenuhan
kebutuhan masih dapat diatasi, namun kondisi ini perlu diwaspadai oleh
pemerintah daerah masalah pertumbuhan penduduk.
C. Analisis Daya Dukung Lahan Bidang Pertanian di Kecamatan Baros
Dari data BPS Kabupaten
Serang (Kecamatan Baros Dalam Angka 2010) diketahui bahwa :
A
: Luas sawah beririgasi teknis 1.286 ha
Luas sawah beririgasi setengah teknis 347 ha
Luas sawah irigasi non teknis 167 ha
Luas sawah tadah hujan 0 ha
r
: Sawah beririgasi teknis frekuensi panen 3 kali/thn
Sawah beririgasi setengah teknis frekuensi panen 2 kali/thn
Sawah irigasi non teknis frekuensi panen 1 kali/tahun
Sawah tadah hujan
frekuensi panen 1 kali/thn
H
: Jumlah KK/Rumah Tangga 12.375
h
: Persentase keluarga yang hidup disektor pertanian/sawah 36 %
f
: Ukuran lahan rata-rata yang dimiliki petani
Luas Lahan
1.800
f
=
=
=
0.5 Ha
Jumlah Petani
3653
A x r
CCR =
H x h x F
(1.286
x 3) + (347 x 2) + (167 x1)
=
12.375 x 64% x 0.5
3858 + 694 + 167
=
9157.5 x 0.5
4719
=
4578.75
4578.75
CCR = 1,03
Locus Penelitian
|
Bidang Pertanian
|
Kec.Baros
|
1,03
|
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan analisis daya dukung lahan di
Kecamatan Baros pada bidang pertanian memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok terhadap pangan penduduknya. Kesimpulan ini ditentukan karena
menurut hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisi daya dukung lahan
menghasilkan 1,03 bidang pertanian.
B. Saran
1. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan alat analisis daya dukung lahan, untuk Kecamatan Baros daya dukung
lahan lebih besar satu (>1). Untuk meningkatkan daya dukung lahan pertanian
suatu wilayah perlu kegiatan konservasi, preservasi dan rehabilitasi sumberdaya
alam antara lain penghijauan, reboisasi, terraserring. Kegiatan lain yang dapat
meningkatkan daya dukung lahan sekaligus meningkatkan pendapatan adalah
mengembangkan usaha perikanan dan peternakan.
2. Untuk mematahkan lingkaran setan
kemiskinan di Kecamatan Baros diperlukan adanya modal dari luar (investasi)
sebagai stimulan penggerak awal perekonomian masyarakat pedesaan. Pemerintah
diharapkan banyak memberi kemudahan dan pelayanan untuk mengundang investor
untuk pengembangan agroindustri.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Baros Dalam Angka 2009. Serang, BPS
Kabupaten
Serang
Ida
Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Irawan
Soehartono. 1999. Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.
Mubyarto.
1994. Masyarakat Terasing 1994 – 1997 (kaji tindak IDT). Jakarta :
Bsppenas.
Mugi
Rahardjo. 1997. Pengantar Ekonomi Sumber daya alam.Fakultas Ekonomi
UNS
Surakarta :UNS Press.
____________.
2003. ”Pengumpulan Data Analisis Daya Dukung Lahan dan
Tekanan
Penduduk Pada Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah”. Jurnal
ekonomi
pembangunan (tidak dipublikasikan).Fakultas Ekonomi UNS
Surakarta.
Otto
soemarwoto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :
UGM.
Sadono
Sukirno. 1998. Pengembangan Ekonomi Regional. Jakarta :LPMFE UI
Sukanto
Reksohadiprojo. 2000. Ekonomi Lingkungan. Yogyakarta : BPFE.
Suparmoko.
1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lngkungan. Yogyakarta :
BPFE.
Yuniardi.
2004. Jurnalistik Adikarindo. Com. WWW.Google.co.id.
trimaskasih ilmunya.. mau nanya Cara dapet data frekunsei panen gimana ya
BalasHapus