Perumusan tujuan selanjutnya akan mengarahkan perencana pada tahapan berikutnya, yaitu pengumpulan data dan analisis data/informasi.
Dalam terminologi perencanaan seringkali dibedakan antara tujuan (goals), sasaran (objectives), dan target.
Tujuan dan sasaran dalam pengertian umum merupakan ekspresi prioritas dari kegiatan perencanaan yang dilakukan, yang formulasinya dilakukan pada tahap awal dari siklus perencanaan.
Pada beberapa kasus secara tegas dapat dibedakan pula target, yang pengertiannya lebih menyangkut pernyataan kuantitatif secara lebih presisi tentang sasaran terpilih dan pencapaiannya biasanya dalam jangka waktu yang lebih pendek.
Meskipun diantara ketiga pengertian tersebut tercermin adanya perbedaan derajat keabstrakan atau keterukuran yang menyangkut pencapaian dan jangka waktu, satu sama lain tetap berkaitan.
TUJUAN
Ada beberapa pengertian tujuan dalam konteks perencanaan wilayah dan kota, yaitu:
- Pernyataan yang memberikan pedoman nyata tentang tindakan yang diinginkan dari suatu kegiatan perencanaan (Bendavid).
- Suatu artikulasi dari nilai-nilai yang dirumuskan dalam kaitannya dengan issue dan persoalan yang diidentifikasikasi terhadap pencapaian hasil kebijakan dan keputusan yang ditentukan (Dickey).
- Suatu pencapaian yang diinginkan dari kegiatan perencanaan, yang dinyatakan dalam istilah yang bersifat kualitatif (Dusseldorp).
- Keinginan atau kehendak yang bersifat umum, yang pencapaiannya sangat diharapkan, bersifat jauh dan belum tentu dapat dirumuskan dan diprogram dengan cukup spesifik untuk dikaitkan secara kuantitatif dalam rencana komprehensif. Tujuan lebih menunjukkan apa yang ingin dicapai sehingga sasaran kebijakan dan perencanaan lebih lanjut dapat diarahkan (Branch).
Meskipun tujuan bersifat abstrak, tujuan berbeda dengan aspirasi yang yang merupakan konsep abstrak pada tingkat paling tinggi yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Tujuan biasanya berupa pernyataan tentang sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dalam jangka panjang dan menengah.
Dalam Repelita sebagai salah satu produk perencanaan pembangunan, yang setingkat dengan tujuan adalah arahan.
Arahan sebagai contoh, misalnya arahan pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada GBHN sebagai dokumen politis. Arahan tersebut berbunyi:
“Pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta menciptakan suasana kerukunan ……………………”
Dalam Repelita arahan tersebut diturunkan menjadi tujuan:
“Pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, baik dalam jumlah maupun kualitasnya dalam lingkungan yang sehat ……..”
Contoh lain tujuan:
- Pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi warga kota
- Lingkungan perkotaan yang sehat secara fisik maupun sosial
- Peranserta masyarakat yang seluas-luasnya dan berkelanjutan
- Pengentasan kemiskinan
- Pernyataan yang bersifat umum; common sense.
- Pencapaiannya tidak terbatas (biasanya jangka panjang).
- Tingkat keberhasilannya sulit diukur.
- Diwujudkan sesuai kebijakan atau rencana terhadapnya.
Setingkat lebih rinci dari tujuan, sasaran merupakan pernyataan operasional dari keinginan yang lebih jelas sekaligus menyajikan tahap-tahap spesifik untuk mencapai tujuan tertentu.
Beberapa pengertian tentang sasaran adalah:
- Sasaran perencanaan adalah pernyataan tentang kehendak yang sudah diidentifikasi, dianalisis, dan diekspresikan secara spesifik untuk menunjukkan bagaimana hal itu dapat dicapai dalam waktu dan sumberdaya yang tersedia (Branch).
- Suatu standar dari mana kemajuan pencapaian tujuan diukur, bersifat kuantitatif dan mempunyai kerangka waktu berkenaan dengan kinerja target (Bendavid).
- Suatu pernyataan spesifik yang menyatakan hasil terukur yang dicapai, suatu kelompok atau orang tertentu selama kurun waktu waktu tertentu pula (Dickey).
- Suatu keinginan yang diharapkan untuk dicapai merupakan spesifikasi dari tujuan meskipun tidak selalu harus diungkapkan secara kuantitatif (Disseldorp).
TARGET
Dalam beberapa kasus dibedakan pula pengertian target. Target mempunyai tingkat keabstrakan yang lebih rendah lagi (dibandingkan dengan tujuan dan sasaran), karena merupakan pernyataan yang sangat jelas tentang sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu yang lebih pendek.
Sebagai contoh:
Sasaran pembangunan rumah sederhana dan sangat sederhana dalam Repelita VI adalah sebesar 500.000 unit.
Sasaran ini kemudian diturunkan lebih rinci menjadi sasaran tahunan (target) yang harus dipenuhi oleh Perumnas, pengembang swasta, dan koperasi.
TUJUAN DAN SASARAN :
KAITANNYA DENGAN RUMUSAN KEBUTUHAN
Tujuan dan sasaran dapat dipandang sebagai konsep hirarki dalam kaitannya dengan rumusan kebutuhan.
Rumusan kebutuhan merupakan pernyataan tentang suatu persyaratan yang belum dipenuhi, yang menunjukkan adanya perbedaan antara apa yang diinginkan dan apa yang ada.
Tujuan pemecahan masalah adalah menghilangkan kesenjangan di antara keduanya. Dalam hal ini jelas bahwa apa yang diinginkan atau tujuan merupakan rumusan mengenai keadaan akhir dari penyelesaian masalah, jika tanpa kendala.
Rumusan sasaran dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan, setidak-tidaknya adalah:
- Mengurangi jumlah yang dibutuhkan.
- Menyediakan lebih banyak dari yang ada.
Dalam suatu sistem yang hirarkis, fungsi tersebut dapat dipastikan dengan mendefinisikan peran suatu sistem dalam kaitannya dengan sistem yang tingkatannya lebih tinggi. Sedangkan sasaran dinyatakan sebagai fungsi komponen dari sistem yang lebih rendah.
Contoh:
Dalam perencanaan transportasi, tujuan dapat dinyatakan dalam tingkat mobilitas spesifik yang dikehendaki. Alternatif untuk meningkatkan mobilitas terletak pada komponen: kendaraan, prasarana jalan, dan parkir.
Sasaran yang dirumuskan akan berkaitan dengan upaya meningkatkan pelayanan oleh ketiga komponen tersebut.
TEKNIK
DALAM PERUMUSAN TUJUAN DAN SASARAN
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran, dari yang sederhana sampai yang rumit.
Tiap teknik memiliki mempunyai kelebihan dan kekurangan, dalam kaitannya dengan akurasi, waktu dan biaya.
Beberapa di antaranya adalah:
1. INTUITIVE JUDGMENT
Teknik ini mengandalkan intuisi dalam merumuskan tujuan. Dengan mengacu pada beberapa hal penting yang menjadi masukan, secara intuitif ditetapkan tujuan perencanaan pada wilayah yang menjadi obyek.
- Teknik ini memiliki kelebihan, karena sedikit waktu dan biaya yang dibutuhkan, mudah dapat mengakomodasikan faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasikan, tidak memerlukan banyak data, memungkinkan bekerjanya proses politik.
- Kelemahannya adalah: membutuhkan kepakaran, banyak pertimbangan bersifat umum yang membatasi manfaat dan keandalannya, sulit diulang karena sifatnya tidak eksplisit.
Metoda ini dilakukan dengan cara menciptakan sekumpulan atribut yang memungkinkan dipertimbangkan sebagai calon tujuan. Untuk mengembangkan atribut Dickey dan Broderik telah mengembangkan teknik yang terdiri dari 4 komponen, yaitu: manusia (dan kelompok), lingkungan alamiah, lingkungan binaan, dan kegiatan.
2. CHECKLIST PLUS CRITERIA
Teknik ini mengkaitkan tujuan yang telah diidentifikasi dengan kriteria yang dikembangkan, baik dalam hal nilai yang diskrit maupun interval yang masih layak diterima. Teknik ini sifatnya terukur.
Analisis Proses Hirarki
Teknik ini memungkinkan dilibatkannya pakar dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan kepakaran dan representasi dapat diatasi. Dengan teknik ini proses dapat diulang kembali dan hipotesa dapat diuji, karena teknik ini mengikuti prosedur yang teridentifikasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar