Oleh:
Dr Edi Suharto, M.Sc
PEMETAAN
SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPAN
Dalam
makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses
penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan
informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial
yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry
(1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau
“pembuatan profile suatu masyarakat”.
Pemetaan
sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat
yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting
ordinary people to improve their own communities by undertaking collective
actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh
ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir
pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan
karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin,
rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan
tingkatan pemusatannya.
Perlu
dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik
dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para
praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara
spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik
dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry
(1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial
memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya”
(the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan
sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan
masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan
siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang
tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan
berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.
2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai
sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status
masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami
hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi
pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.
3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan
kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber
pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami
dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.
MEMAHAMI
MASYARAKAT DAN MASALAH SOSIAL
Pemetaan
sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi masyarakat yang
dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara wilayah satu
dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki wilayah
(luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen)_dan status sosial-ekonomi
(kaya-miskin atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah
ini, kerangka untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik Warren
(1978), The Community in America, yang dikembangkan kemudian oleh Netting,
Kettner dan McMurtry (1993:68-92). Sebagaimana digambarkan Tabel 1, kerangka pemahaman
masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus atau variabel dan 9
tugas.
Focus
A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran
Tugas
1: Memahami karakteristik anggota populasi sasaran
· Apa yang diketahui mengenai sejarah
populasi sasaran pada masyarakat ini?
· Berapa orang jumlah populasi sasaran
dan bagaimana karakteristik mereka?
· Bagaimana orang-orang dalam populasi
sasaran memandang kebutuhan-kebutuhannya?
· Bagaimana orang-orang dalam populasi
sasaran memandang masyarakat dan kepekaannya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan
mereka?
Focus
B: Penentuan Karakteristik Masyarakat
Tugas
2: Mengidentifikasi batas-batas masyarakat.
· Apa batas wilayah geografis dimana
intervensi terhadap populasi sasaran akan dilaksanakan?
· Dimana anggota-anggota populasi sasaran
berlokasi dalam batas wilayah geografis?
· Apa hambatan fisik yang ada dalam
populasi sasaran?
· Bagaimana kesesuaian batas-batas
kewenangan program-program kesehatan dan pelayanan kemanusiaan yang melayani
populasi sasaran?
Tugas
3: Menggambarkan masalah-masalah sosial
· Apa permasalahan sosial utama yang
mempengaruhi populasi sasaran pada masyarakat ini?
· Adakah sub-sub kelompok dari populasi
sasaran yang mengalami permasalahan sosial utama?
· Data apa yang tersedia mengenai
permasalahan sosial yang teridentifikasi dan bagaimana data tersebut digunakan
di dalam masyarakat?
· Siapa yang mengumpulkan data, dan
apakah ini merupakan proses yang berkelanjutan?
Tugas
4: Memahami nilai-nilai dominan
· Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau
keyakinan-keyakinan yang penting bagi populasi sasaran?
· Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi
populasi sasaran dalam masyarakat?
· Kelompok-kelompok dan individu-individu
manakah yang menganut nilai-nilai tersebut dan siapa yang menentangnya?
· Apa konflik-konflik nilai yang terjadi
pada populasi sasaran?
Focus
C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan
Tugas
5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak dan formal.
· Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat
diantara anggota-amggota populasi sasaran?
· Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat
antara anggota populasi sasaran dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat?
· Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi
sasaran dipandang oleh masyarakat yang lebih besar?
· Dalam cara apa populasi sasaran
tertindas berkenaan dengan perbedaan-perbedaan tersebut?
· Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran
yang dapat diidentifikasi dan bagaimana agar kekuatan-kekuatan tersebut
mendukung pemberdayaan?
Tugas
6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi
· Adakah hambatan-hambatan yang
merintangi populasi sasaran dalam berintegrasi dengan masyarakat secara penuh?
· Apa bentuk-bentuk diskriminasi yang
dialami oleh populasi sasaran dalam masyarakat?
Focus
D: Pengidentifikasian Struktur
Tugas
7. Memahami lokasi-lokasi kekuasaan.
· Apa sumber-sumber utama pendanaan (baik
lokal maupun dari luar masyarakat) bagi pelayanan kesehatan dan kemanusiaan
yang dirancang bagi populasi sasaran dalam masyarakat?
· Adakah pemimpin-pemimpin kuat dalam
segmen pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?
· Apa tipe struktur kekuasaan yang
mempengaruhi jaringan pemberian pelayanan yang dirancang bagi populasi sasaran?
Tugas
8. Menentukan ketersediaan sumber.
· Apa lembaga-lembaga dan
kelompok-kelompok masyarakat yang ada pada saat ini yang dipandang sebagai
pemberi pelayanan bagi populasi sasaran?
· Apa sumber utama pendanaan
pelayanan-pelayanan bagi populasi sasaran?
· Apa sumber-sumber non-finansial yang
diperlukan dan tersedia?
Tugas
9. Mengidentifikasi pola-pola pengawasan sumber dan pemberian pelayanan.
· Apa kelompok-kelompok dan
asosiasi-asosiasi yang mendukung dan memberikan bantuan terhadap populasi
sasaran?
· Bagaimana distribusi sumber bagi
populasi sasaran dipengaruhi oleh interaksi di dalam masyarakat?
· Bagaimana distribusi sumber bagi
populasi sasaran dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan masyarakat ekstra?
PENDEKATAN
PEMETAAN SOSIAL
Metode
dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey
formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris
(participatory method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam
wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan
penelitian makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan
partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif (Suharto, 1997).
Survey
Formal
Survey
formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel orang
atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan
informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak
pada kelompok sasaran tertentu.
Beberapa
metode survey formal antara-lain:
1. Survey Rumahtangga Beragam-Topik (Multi-Topic
Household Survey). Metode ini sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar
Hidup atau Living Standards Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan
suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai aspek standar hidup secara
terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga, pendidikan,
kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan
sumber-sumber pendapatan lainnya.
2. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core
Welfare Indicators Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey
rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses,
penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini
meupakan alat yang cepat dan effektif untuk mengetahui rancangan kegiatan
pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia
dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil awal
dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.
3. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction
Survey). Survey ini digunakan untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan
pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima
pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery survey ini
mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan
dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas
pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.
4. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards).
Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan
Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang
ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas
dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.
5. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula
melakukan pemetaan sosial berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan
statistik mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin, desa
tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya dilakukan dan
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.
Pemantauan
Cepat (Rapid Appraisal Methods)
Metode
ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai
pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai
kondisi geografis dan sosial-ekonomi.
Metode
Pemantauan Cepat meliputi:
1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview).
Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap
individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara
bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi
kelompok dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan
latarbelakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga.
Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian
memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.
3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group
Interview). Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara
melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah
disiapkan sebelumnya.
4. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan
kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data
yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis,
sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang
berlangsung, interaksi sosial, dll.
5. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner
terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara
50-75 orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak (random
sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara dilakukan
pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik, sekolah, balai
desa.
Metode
Partisipatoris
Metode
partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama
aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak
dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik
pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab
dengan responden.
Terdapat
banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup penting
diketahui:
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory
Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut
Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat
berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan
pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya
menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat)
sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan
yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain
Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram
Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).
2. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para
peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau
organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya,
seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak
yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk
menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau
masyarakat setempat.
3. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah
sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima
pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi
hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan
menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan
kegiatan pembangunan.
4. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris
(Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini melibatkan anggota
masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi,
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan
rekomendasi-rekomendasi.
LATIHAN
1. Mengapa memahami masyarakat dan masalah sosial
sangat penting bagi praktek pekerjaan sosial dengan masyarakat?
2. Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
di atas? Jika anda akan melakukan pemetaan sosial di wilayah anda bekerja,
metode manakah yang paling tepat diterapkan?
3. Variabel-variabel apa saja yang dapat dijadikan
parameter melakukan pemetaan sosial dan apa indikator sosial yang dapat
dijadikan acuannya?
4. Kotamadya Bandung terdiri dari enam wilayah:
Bojonagara, Cibeunying, Tegallega, Karees, Gede Bage, dan Ujung Berung. Dari
data (fiktif) diketahui bahwa permasalahan sosial di Kota Bandung yang dianggap
cukup serius adalah tingginya tingkat buta huruf (usia 7 th ke atas),
kemiskinan (berpendapatan di bawah garis kemiskinan) dan rendahnya status gizi
balita (lihat tabel).
Berdasarkan
data tersebut, buatlah pemetaan sosial di Kotamadya Bandung. Wilayah-wilayah
manakah yang paling serius mengalami masalah sosial? Masalah sosial apa di
wilayah tersebut yang paling perlu mendapatkan perhatian segera?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar