1.Pengertian
Pencemaran Udara
Pada umumnya, di kota-kota besar terjadi pertambahan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang amat pesat, sehingga meningkatnya
tempat-tempat pemukiman, transportasi,dan perindustrian dalam rangka memenuhi Pencemaran
Udara
kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa sarana dan
prasarana. Selain itu, kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya memberi dampak yang positif
dan negatif.Dampak negatifnya berupa kerugian bagi keseimbangan lingkungan
hidup. Salah satunya yaitu sulitnya untuk memperoleh udara berkualitas baik dan
bersih. Pencemaran udara yang terjadi merupakan masalah pencemaran lingkungan
yang terberat bagi daerah perkotaan. Akibat
pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia, kelestarian tanaman danhewan,
dapat merusak bahan-bahan, menurunkan daya penglihatan, serta menghasilkan
bauyang tidak menyenangkan (BAPEDAL, 1999).Pencemaran udara adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi danatau komponen lain ke dalam udara
dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara olehkegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1988).
2.Jenis-jenis Pencemaran Udara Jenis-jenis pencemaran udara antara lain : q
Menurut bentuk : Gas, Pertikel q Menurut tempat : Ruangan (indoor), udara bebas
(outdoor) q Gangguan kesehatan :Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis q Menurut
asal : Primer, sekunder a.Bahan atau Zat pencemaran udara dapat berbentuk gas
dan partikel: Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi : q
Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S)
dan Sulfat Aerosol. q Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2O),
Nitrogen Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2). q Golongan
Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon .
q Golongan gas yang berbahaya terdiri dari q Benzen, Vinyl Klorida q , air
raksa uap. Dampak Lingkungan Sistem Transportasi Sektor transportasi mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan
energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir
semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam
sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro
karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor
diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut
di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli
Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar
(karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Adapun reaksi
kimia yang terjadi adalah sebagai berikut: a. Reaksi kimia untuk pembakaran
sempurna: CxHy + n (O2 + 3,76 N2) aCO2 + b H2O + 3,76n N2 b. Reaksi kimia untuk
pembakaran tidak sempurna: m CxHy + n (O2 + 3,76 N2) a CO2+ b H2O + c CO + d HC
+ e NOX + lainnya Dampak polusi udara dalam jangka panjang terhadap manusia
dapat berupa gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan penurunan daya reflex
dan kemampuan visual; atau jangka pendek seperti gangguan pernafasan dan sakit
kepala. Polusi udara umumnya memberikan dampak terhadap system pernafasan
manusia seperti kesulitan bernafas, batuk, asma, kerusakan fungsi paru,
penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan. Tingkat keseriusan gangguan
tersebut tergantung dari tingkat pemaparan dan konsentrasi polutan yang
merupakan fungsi dari volume dan komposisi lalu lintas, kepadatan serta kondisi
cuaca. Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber
transportasi dapat dilihat pada tabel berikut: No Komponen Pencemar Persentase
1 CO 70,50% 2 NOx 8,89% 3 SOx 0,88% 4 HC 18,34% 5 Partikel 1,33% Total 100%
Sumber: Wardhana (2004). Dampak
Pencemaran Lingkungan Karbon Monoksida (CO) CO adalah suatu gas yang tak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan
pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Selain itu, gas CO dapat pula
terbentuk karena aktivitas industri. Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk
sebagai hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun
dalam jumlah yang sedikit (Wardhana, 2004). CO yang terdapat di alam
terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau
komponen yang mengandung karbon.
2. Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung
karbon pada suhu tinggi. 3. Penguraian CO2 menjadi CO dan O. Berbagai proses
geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya aktivitas
vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses
pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992). Menurut Kurniawan, sebagian besar gas CO yang ada diperkotaan berasal
dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif dengan
kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO di
atmosfer (Sugiarta, 2008).
Hasil penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian
yang dilakukan Sastranegara yang menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa
semakin lama rotasi atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar
CO yang diemisikan. Nitrogen Oksida (NOx) Nitrogen oksida sering disebut dengan
NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu
gas NO2 dan gas NO (Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen
lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Nitrogen dioksida (NO) berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif
kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi
oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi
pembentukan NO2 akan berjalan lebih lambat. Selain itu, kecepatan reaksi
pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari
konsentrasi NO. Hal ini berarti jika
konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik
empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepatan
reaksi akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992). Nitrogen monoksida (NO)
tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit larut di dalam air
(Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebi besar daripada NO.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2(Depkes). Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk
padat akan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan
manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator
pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx
berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana,
2004). Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang
hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan
bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NO diketahui bahwa waktu tinggal
rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4
hari dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan
menyebabkan terjadinya hujan asam (Sugiarta, 2008). Belerang Oksida (Sox) Ada
dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3 . Gas SO2 berbau tajam
dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat reaktif. Konsentrasi SO2 di
udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman manusia ketika konsentrasinya
berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran umumnya mengandung lebih banyak
SO2 daripada SO3. Pencemaran SO di udara terutama berasal dari pemakaian
batubara pada kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana,
2004). Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk
SO2 dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari
sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung berapi, pembusukan
bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses
pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO. Sedangkan sumber
SO2 buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang
mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005). Pabrik peleburan baja merupakan
industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen
penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S),
zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal (PbS). Kebanyakan senyawa logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang
mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki
di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam
kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu,
SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara (Depkes). Hidrokarbon (HC) Hidrokarbon terdiri
dari elemen hidrogen dan karbon. HC dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan.
Semakin tinggi jumlah atom karbon pembentuk HC, maka molekul HC cenderung
berbentuk padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil
buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam
kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan
akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes). Sumber HC antara lain transportasi,
sumber tidak bergerak, proses industri dan limbah padat. HC merupakan sumber
polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung. Molekul ini
merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC disertai
dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk Peroxy Acetyl
Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu, 2001). Partikel Partikel adalah pencemar
udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya.
Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang
berbentuk padatan (Mulia, 2005). Partikel merupakan campuran yang sangat rumit
dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan
diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500
mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di
udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel
pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya
(Depkes). Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di
atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin.
Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam
bentuk partikel- partikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari
proses peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama
dari batu arang. Sumber partikel yang
utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti oleh proses-proses
industri (Fardiaz, 1992). Dalam proses pembakaran tenaga panas bahan bakar
diubah ketenaga mekanik melalui pembakaran bahan bakar didalam motor.
Pembakaran adalah proses kimia dimana Karbondioksida dan zat air bergabung
dengan oksigen dalam udara. Jika pembakaran berlangsung maka diperlukan :
a)Bahan bakar dan udara dimasukkan kedalam motor b)Bahan bakar dipanaskan
hingga suhu tinggi Pembakaran menimbulkan panas dan menghasilkan tekanan,
kemudian menghasilkan tenaga mekanik. Campuran masuk kedalam motor mengandung
udara dan bahan bakar. Perbandingan campuran kira kira 12-15 berbanding 1
setara 12-15 kg udara dalam 1 kg bahan bakar. Yaitu karbon dioksida 85% dan zat
asam (Oksigen) 15 % atau 1/5 bagian dengan karbon dioksida dan zat air. Zat
lemas (N) tidak mengambil bagian dalam pembakaran. Emisi gas buang adalah sisa
hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran
luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil
pembakaran berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang
beracun, CO2 atau disebut juga karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca,
NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat
ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pencemaran Udara
1.Pengertian Pencemaran Udara
Pada umumnya, di kota-kota besar
terjadi pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang amat pesat, sehingga
meningkatnya tempat-tempat pemukiman, transportasi,dan perindustrian dalam
rangka memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri baik berupa sarana dan prasarana.
Selain itu, kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidupnya memberi dampak yang
positif dan negatif.Dampak negatifnya berupa kerugian bagi keseimbangan
lingkungan hidup. Salah satunya yaitu sulitnya untuk memperoleh udara
berkualitas baik dan bersih. Pencemaran
udara yang terjadi merupakan masalah pencemaran lingkungan yang terberat bagi
daerah perkotaan. Akibat pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia,
kelestarian tanaman danhewan, dapat merusak bahan-bahan, menurunkan daya
penglihatan, serta menghasilkan bauyang tidak menyenangkan (BAPEDAL,
1999).Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi danatau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) udara olehkegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1988).
2.Jenis-jenis Pencemaran Udara
Jenis-jenis pencemaran udara antara
lain :
q
Menurut bentuk : Gas, Pertikel
q
Menurut tempat : Ruangan (indoor),
udara bebas (outdoor)
q
Gangguan kesehatan :Iritansia,
asfiksia, anetesia, toksis
q
Menurut asal : Primer, sekunder
a.Bahan atau Zat pencemaran udara
dapat berbentuk gas dan partikel:
Pencemaran udara berbentuk gas dapat
dibedakan menjadi :
q
Golongan belerang terdiri dari
Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Sulfat Aerosol.
q
Golongan Nitrogen terdiri
dari Nitrogen Oksida (N2O), Nitrogen Monoksida (NO),
Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
q
Golongan Karbon terdiri dari Karbon
Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon .
q
Golongan gas yang berbahaya terdiri
dari
q
Benzen, Vinyl Klorida
q
, air raksa uap.
Dampak Lingkungan Sistem Transportasi
Sektor transportasi mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan
energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir
semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam
sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu
mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro
karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida
sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor
diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut
di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli
Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar
(karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Adapun reaksi kimia yang terjadi
adalah sebagai berikut:
a.
Reaksi kimia untuk pembakaran sempurna:
CxHy + n (O2 + 3,76 N2)
aCO2 + b H2O + 3,76n N2
b.
Reaksi kimia untuk pembakaran tidak sempurna:
m CxHy + n (O2 + 3,76 N2)
a CO2+ b H2O + c CO + d HC + e NOX + lainnya
Dampak polusi udara dalam jangka
panjang terhadap manusia dapat berupa gangguan kesehatan yang dapat
mengakibatkan penurunan daya reflex dan kemampuan visual; atau jangka pendek
seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi udara umumnya memberikan
dampak terhadap system pernafasan manusia seperti kesulitan bernafas, batuk,
asma, kerusakan fungsi paru, penyakit pernafasan kronis dan iritasi
penglihatan. Tingkat keseriusan gangguan tersebut tergantung dari tingkat
pemaparan dan konsentrasi polutan yang merupakan fungsi dari volume dan
komposisi lalu lintas, kepadatan serta kondisi cuaca.
Perkiraan
persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat
pada tabel berikut:
No
|
Komponen
Pencemar
|
Persentase
|
1
|
CO
|
70,50%
|
2
|
NOx
|
8,89%
|
3
|
SOx
|
0,88%
|
4
|
HC
|
18,34%
|
5
|
Partikel
|
1,33%
|
Total
|
100%
|
Sumber:
Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan
Karbon
Monoksida (CO)
CO
adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO
dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian
besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas
buangan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri.
Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung
berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun dalam jumlah yang sedikit
(Wardhana, 2004).
CO
yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
- Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
- Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
- Penguraian CO2 menjadi CO dan O. Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992).
Menurut
Kurniawan, sebagian besar gas CO yang ada diperkotaan berasal dari kendaraan
bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu
lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer
(Sugiarta, 2008). Hasil penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian yang
dilakukan Sastranegara yang menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa semakin
lama rotasi atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar CO yang
diemisikan.
Nitrogen
Oksida (NOx)
Nitrogen
oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk
yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO (Wardhana, 2004).
Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang
paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen dioksida (NO)
berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Reaksi pembentukan NO2
dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil, meskipun dengan
adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan
konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO2
akan berjalan lebih lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2
juga dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal
ini berarti jika konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan
reaksi akan naik empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah,
maka kecepatan reaksi akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
Nitrogen
monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit larut
di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebi besar
daripada NO. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen
dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan
lebih banyak oksigen membentuk NO2(Depkes).
Kadar
NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang
pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik,
pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas
buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).
Selain
itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung
dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari
perhitungan kecepatan emisi NO diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2
di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas
ini bersifat akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan menyebabkan
terjadinya hujan asam (Sugiarta, 2008).
Belerang
Oksida (Sox)
Ada
dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3 . Gas
SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3
sangat reaktif. Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra
penciuman manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil
pembakaran umumnya mengandung lebih banyak SO2 daripada SO3.
Pencemaran SO di udara terutama berasal dari pemakaian batubara pada kegiatan
industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana, 2004).
Pada
dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk SO2
dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara
berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung
berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara
biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan berubah
menjadi SO. Sedangkan sumber SO2 buatan yaitu pembakaran bahan bakar
minyak, gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).
Pabrik
peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini
disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya
tembaga (CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS), merkuri (HgS) dan
timbal (PbS). Kebanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di
udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu
sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya
lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada
menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu, SO2
secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara (Depkes).
Hidrokarbon
(HC)
Hidrokarbon
terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. HC dapat berbentuk gas, cairan maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon pembentuk HC, maka molekul HC
cenderung berbentuk padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas
hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk
semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan
akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber
HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses industri dan limbah
padat. HC merupakan sumber polutan primer karena dilepaskan ke udara secara
langsung. Molekul ini merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila pencemaran
udara oleh HC disertai dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan
terbentuk Peroxy Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu, 2001).
Partikel
Partikel
adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk
pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai
bahan pencemar yang berbentuk padatan (Mulia, 2005). Partikel merupakan
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang
terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron
sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara
dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk
ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya (Depkes).
Berbagai
proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di atmosfer, misalnya letusan
vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga
berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel- partikel
debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan
asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber
partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti
oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1992).
Dalam proses pembakaran tenaga panas
bahan bakar diubah ketenaga mekanik melalui pembakaran bahan bakar didalam
motor. Pembakaran adalah proses kimia dimana Karbondioksida dan zat air
bergabung dengan oksigen dalam udara. Jika pembakaran berlangsung maka diperlukan
: a)Bahan bakar dan udara dimasukkan kedalam motor b)Bahan bakar dipanaskan
hingga suhu tinggi Pembakaran menimbulkan panas dan menghasilkan tekanan,
kemudian menghasilkan tenaga mekanik. Campuran masuk kedalam motor mengandung
udara dan bahan bakar. Perbandingan campuran kira kira 12-15 berbanding 1
setara 12-15 kg udara dalam 1 kg bahan bakar. Yaitu karbon dioksida 85% dan zat
asam (Oksigen) 15 % atau 1/5 bagian dengan karbon dioksida dan zat air. Zat
lemas (N) tidak mengambil bagian dalam pembakaran.
Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan
bakar di dalam mesin pembakaran dalam,
mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Sisa hasil pembakaran berupa air (H2O),
gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang beracun, CO2 atau
disebut juga karbon dioksida
yang merupakan gas rumah kaca,
NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat
arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar